Sunday, March 20, 2011

Supermoon 19 Maret 2011

Karena fenomena Supermoon ini cukup heboh dan banyak menimbulkan salah persepsi, mari coba dibahas sedikit meskipun sebenarnya fenomena ini bukanlah fenomena astronomi yang penting. Impact atau efeknya hampir tidak ada selain tinggi air pasang air laut sedikit lebih tinggi.

The Moon looks extra-big when it is beaming through foreground objects--a.k.a. "the Moon illusion." Credit: NASA

Dari perhitungan astronomi, pada tanggal 19 Maret 2011 Bulan dalam peredarannya mengelilingi Bumi, akan berada pada posisi paling dekat dengan Bumi, disebut sebagai posisi perigee. Tentunya dalam peredaran mengitari Bumi, Bulan akan selalui melalui posisi perigee, tetapi posisi perigee tersebut tidak selalu berada pada angka yang tepat sama, tetapi bervariasi sepanjang waktu.

Pada tanggal tersebut, yang pada saat itu Bulan dalam fase Purnama, dalam perhitungan merupakan jarak yang paling dekat ke Bumi semenjak 18 tahun yang lalu. Lalu? Apa yang akan terjadi? Beredar kabar di dunia maya, bahwa pada saat tersebut, akan terjadi bencana alam yang sangat dahsyat, mulai dari badai besar, gempa Bumi sampai dengan letusan gunung berapi. Sepertinya seram sekali! Tetapi benarkah itu?

Mari kita tinjau satu persatu, pertama, fenomena ‘supermoon’, ini sebetulnya adalah fenomena alam yang biasa terjadi. Pada suatu ketika, dalam peredarannya di langit, Bulan-Bumi-Matahari bisa berada dalam satu garis lurus, biasanya pada saat itu bisa terjadi bulan baru atau bulan purnama. Dan bila pada saat bulan purnama, Bulan berada pada posisi perigee, maka keadaan ini oleh para ahli astrologi (bukan ahli astronomi!) disebut ‘super moon’! Jadi istilah super moon bukanlah istilah astronomi, tetapi istilah astrologi.

Kedua, pada tanggal itu, akan terjadi bencana alam? Tentulah dalam siklus alamiah, Bulan mempengaruhi terjadinya gaya pasang surut laut di Bumi, dan ketika Bulan ‘mendekat’, tentulah pengaruh gravitasi Bulan menjadi lebih besar (demikian yang dikatakan hukum gravitasi Newton). Akan tetapi, apakah bila pengaruh gravitasi Bulan menjadi lebih besar, akan terjadi bencana alam? Mari kita sedikit berhitung dengan matematika. Ambil rata-rata jarak Bumi-Bulan 382900 km, sedangkan pada tanggal 19 Maret 2011, Bumi-Bulan berjarak 356577 km, atau ‘mendekat’ sejarak 26323 km, atau hanya 6,87% lebih dekat dibanding rata-rata.

Posisi Bulan saat berada di perigee atau titik terdekat dengan Bumi. courtsey physcorg.com

Dengan jarak yang sekecil itu (6,87%), akan menyebabkan dampak yang luar biasa? Seperti biasa, efek pasang surut terjadi setiap hari, dan bila resultan vektor gaya gravitasi Bulan & Matahari menjadi lebih besar maka efek pasang surut menjadi lebih besar. Menurut physorg.com (yang mengutip NASA), efek "perigeean ides" ini hanya menambah tinggi air pasang beberapa cm saja (maximum 15 cm).

Posisi Bumi-Bulan-Matahari dan kaitannya dengan pasang surut. kredit : Boomeria.org

Tentunya pada saat ketika purnama ditambah perigee, gaya gravitasi menjadi lebih berpengaruh, tetapi, dari studi geofisika yang telah banyak dilakukan, tidak dtemukan adanya dampak yang signifikan pada keseimbangan energi Bumi. Gempa Bumi, letusan vulkanik, ataupun berbagai fenomena di Bumi lebih disebabkan keseimbangan energi di Bumi, seperti pergeseran lempeng Bumi, sedangkan efek pasang surut oleh Bulan, tidaklah cukup kuat menggeser keseimbangan energi tersebut, yang artinya ‘super moon’ tidak akan menyebabkan bencana alam.

Mungkin dibutuhkan seorang Superman yang datang dari planet Kripton untuk menggeser keseimbangan Bumi, karena Superman mempunyai kekuatan yang jauh lebih besar dibanding kekuatan super moon; tetapi kita tahu bahwa superman adalah tokoh rekaan, sebagaimana bencana akibat super moon adalah telaah astrologi. Kalau sudah demikian, pertanyaan berikut, apa yang akan terjadi di tanggal 19 Maret yang akan datang?

Yang pasti Bulan akan tampak lebih ‘besar’ 14% dan 30% lebih cerlang di Banding ‘biasanya’, namun bisakah Anda membedakannya (bukan karena Anda punya asumsi awal bahwa Bulan lebih besar dari biasanya)?

Bulan Purnama saat di perigee akan tampak lebih besar 14%. kredit: NASA

Jawabannya belum tentu. Di langit tidak ada penggaris/meteran yang dapat digunakan untuk mengukur diameter Bulan (selain Anda menggunakan teleskop dengan skala ukuran di lensa nya). Jika Anda mengamati Bulan saat di titik tertingginya dan tidak ada benda lain sebagai pembanding, maka Anda tidak dapat membedakan bulan purnama ini (super moon) dengan bulan purnama biasa.

Untuk mendapatkan efek "piringan Bulan yang besar", Anda disarankan mengamati Bulan saat ada di dekat horizon. Pada posisi ini, ada efek ilusi optik yang akan menciptakan kesan bahwa piringan Bulan nampak lebih besar dari biasanya (efek ini terjadi pada saat gerhana Bulan "biasa" juga). Alasannya masih sulit dijelaskan oleh astronomer maupun psikolog. Bulan yang dekat dengan horizon akan nampak "sangat" besar (lihat ilustrasi gambar pertama).

So, apakah fenomena supermoon penting untuk diamati? jawabnya tergantung Anda. Anda bisa memanfaatkan momentum ini untuk mengadakan observasi Bulan bersama teman Anda, baik dengan mengamati langsung maupun dengan binokular/teleskop kecil.


Artikel di atas disadur dari Langit Selatan dengan beberapa perubahan yang diambil dari physorg.com.

Monday, March 7, 2011

Documentaries

Beberapa kumpulan documentary yang menarik untuk disimak.

1. Universe: The Cosmology Quest


2. The Search for Life: The Drake Equation


3. The Universe
link

4. How the Universe Works


5. The Birth Of Earth
Part 1


Part 2


Part 3


Semoga bermanfaat